Kaum Sofis: Penyebab Munculnya, Karakteristik, dan Ciri-Ciri
Pengertian Kaum Sofis
Kaum sofis merupakan periode akhir dari Filsafat Yunani Kuno
hingga kemudian muncul periode Yunani Klasik yang diwawali Socrates. Tetapi
Kaum Sofis ini hidup pada zaman yang sama dengan Socrates. Para filsuf kaum
Sofis ini antara lain Protagoras dari Abdera, Xeniades dari Korintus, Gorgias
dari Leontioni, Lycophron, Prodikos dari Keos, Thrasymakos dari Chalcedon,
Hippias dari Elis, Antiphon dan Kritias dari Athena.
Penyebab Munculnya Kaum Sofis
Setelah perang dengan Persia usai, Athena menjadi berkembang
pesat di bidang politik dan ekonomi. Athena berhasil menjadi pusat Intelektual
dan kultural Yunani. Disisi lain ialah meningkatnya kebutuhan pendidikan.
Pendidikan yang utama pada masa itu ialah pendidikan tentang kemampuan
berbicara dengan baik dan meyakinkan (Retorika). Lalu ditambah perjumpaan
dengan pelbagai kebudayaan yang mendorong kemajuan Athena.
Kaum Sofis menganggap bahwa mencari kebenaran bukanlah suatu
prioritas, berbeda sekali dengan pemikiran Socrates. Karena itu, Socrates
banyak mengkritik pemikiran Kaum Sofis dan Kaum Sofis istilahnya menjadi
anti-Socrates.
Lalu dapat kita paparkan, ada tiga penyebab munculnya kaum
Sofis, yaitu:
Satu: Kaum Sofis muncul ketika Athena sedang dalam masa kejayaan
Athena merupakan negara demokrasi pertama di dunia.
Demokrasi yang diterapkan merupakan demokrasi langsung tanpa perwakilan. Setiap
rakyat boleh menyuarakan aspirasinya secara langsung. Karena model demokrasi
yang diusung secara langsung, maka setiap orang dituntut untuk pintar dalam
mengemukakan pendapat, menang dalam berdebat dan diskusi.
Dua: Kebutuhan akan pendidikan
Karena sistem demokrasi langsung yang digunakan di Athena
dan orang yang mengemukakan pendapat dituntut harus pandai maka muncullah
kebutuhan akan pendidikan. Ketika rakyat butuh pendidik, muncullah Kaum Sofis
yang mau mengajari rakyat Athena. Akan tetapi, target filsafat yang dianut oleh
Kaum Sofis bukan memprioritaskan untuk mencari kebenaran, namun memprioritaskan
uang. Kebanyakan anak didik Kaum Sofis merupakan kaum bangsawan (aristokrat).
Tiga: Bersinggungan dengan kebudayaan dari bangsa lain
Kejayaan Athena menyebabkan banyak bangsa-bangsa lain yang
datang ke Athena dengan membawa adat, tradisi, budaya, dan filsafat yang
berbeda. Karena hal inilah, muncul pemikiran akan etika, filsafat, bahkan
kepercayaan yang berbeda antara satu bangsa dengan bangsa yang lainnya.
karakteristik Kaum Sofis
Karakteristik Kaum Sofis yang pertama yaitu retorika, lebih
mementingkan seolah-olah benar dan diakui orang sebagai benar daripada
kebenaran yang memang benar. Cara gampangnya adalah “tidak apa-apa
untuk menyebar kebohongan asal yang dibohongi tidak tahu”.
Yang kedua, kebenaran tergantung pada ruang dan budayanya.
Kebenaran di satu wilayah dengan wilayah lainnya berbeda. Yang ketiga, bahwa
tidak ada kebenaran yang absolut, semua kebenaran yang ada “tergantung” atau
relatif. Setiap orang melihat kebenaran dengan sudut pandang masing-masing
orang.
Yang terakhir, para Kaum Sofis ketika mengajar muridnya
lebih konkrit dengan tujuan agar muridnya menjadi pintar dan pandai berdebat,
sehingga mendapatkan posisi sosial yang tinggi dalam masyarakat.
Ciri-Ciri Kaum Sofis
1. Egoisme: Kaum sofis percaya bahwa egoisme itu
wajar dan natural. Setiap orang pasti membela dirinya sendiri. Menurut
mereka hidup harus dijalani dengan natural dan yang natural (alami) dalam diri
manusia adalah sifat egois. Paham sofisme mendukung adanya sifat egois untuk
mementingkan diri sendiri karena hal itu dianggap alami dan wajar.
2. Relativisme dan Subyektivisme: Cara berpikir
kaum sofis adalah relativisme dan subyektivisme. Setiap orang merupakan ukuran
dari kebenaran. Mereka yang pertama menyangkal gagasan adanya realitas obyektif
yang independen di luar kesadaran.
Pemikiran ini dipelopori oleh Phrotagoras. Kebenaran itu
tergantung orangnya. Kebenaran itu sifatnya subjektif tergantung siapa yang
melihat.
3. Skeptisisme: Kaum sofis berpandangan bahwa
pikiran manusia tidak mungkin mengetahui kebenaran yang sejati. Oleh Karena
itu, tidak perlu menyibukkan diri untuk melakukan yang sia-sia dengan menyelami
dan mencari kebenaran sejati.
4. Bisnis Pendidikan: Kaum Sofis menjadikan
pendidikan sebagai bisnis. Merekalah orang-orang pertama yang memungut bayaran
atas layanan mereka, menarik bayaran untuk mengajar “wisdom” dan “virtue”.
Tokohnya yatitu Gorgrias. menurutnya tidak ada sesuatu yang eksis. Pikiran manusia
tidak mungkin mengetahui kebenaran yang sejati.
5. Kritik Agama: Sekuler, Skeptis, atheis, dan
sinis terhadap agama dan mekanisme kontrol sosial oleh agama. Tuhan itu
‘dibuat’ untuk tujuan tertentu sebagai ‘yang tidak terlihat’, Sang Maha Polisi.