Sejarah Singkat Kerajaan Funan: Kejayaan hingga Keruntuhan

Kerajaan Funan, yang berpusat di sekitar Delta Mekong di Kamboja dan Vietnam selatan, menjadi peradaban Asia Tenggara terbesar pertama. Artikel ini akan membahas sejarah, budaya, dan ekonomi kerajaan ini dari abad ke-1 hingga abad ke-7 Masehi.

Kejayaan dan Pusat Pemerintahan

Pada abad ke-1 hingga ke-6 Masehi, selatan Vietnam menjadi bagian dari kerajaan Kambodia bernama Kerajaan Funan, terkenal dengan seni dan arsitektur canggihnya. Dikenal sebagai Nokor Phnom oleh orang Khmer, Kerajaan Funan memiliki pusat pemerintahan di Angkor Borei, dekat Takeo modern. Sistem kanal yang rumit dibangun untuk transportasi dan irigasi padi. Oc-Eo, kota pelabuhan utama Kerajaan Funan di Delta Mekong, menjadi pusat kontak dengan Tiongkok, Indonesia, Persia, dan Mediterania.

Keberlanjutan Budaya dan Perkembangan Masyarakat

Kerajaan Funan, yang berlangsung dari abad ke-1 hingga ke-7, dianggap sebagai peradaban terbesar Asia Tenggara. Pengaruh Hindu dan Buddha diperkenalkan selama masa kekuasaannya, dan Kerajaan Funan menjadi pusat perdagangan antara India dan China. Bahasa Sanskerta digunakan di pengadilan Kerajaan Funan, dan sistem tulisan pertama di Asia Tenggara muncul di sini.

Budaya Kerajaan Funan juga mencerminkan kekayaan dan kemajuan masyarakat pada saat itu. Dalam penjelasan dari Nancy Tingley dari Asia Society, lebih dari tiga ratus situs arkeologi Kerajaan Funan telah diidentifikasi di wilayah Delta Mekong. Situs-situs ini mencakup arsitektur domestik yang dibangun di atas tiang, barang-barang tembikar dan keramik berwarna krem, perhiasan emas, serta arsitektur dan patung Buddha dan Hindu. Menariknya, artefak-artefak ini sering kali terkait dengan pemujaan dewa Hindu, Vishnu. Hal ini mencerminkan kekayaan budaya dan keberlanjutan keyakinan agama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kerajaan Funan.

Kehidupan Masyarakat dan Ekonomi

Ekonomi Kerajaan Funan didasarkan pada perdagangan maritim dan sistem pertanian yang maju. Kota pelabuhan Oc-Eo di Vietnam menyimpan barang-barang seperti perhiasan emas, arca Hindu, dan temuan arkeologis dari dunia Romawi, Persia, India, dan Tiongkok. Ongoing excavations in southern Cambodia have revealed the existence of another important city near the present-day village of Angkor Borei. 

Selama periode Kerajaan Funan, populasi mungkin terpusat di desa-desa sepanjang Sungai Mekong dan Sungai Tonle Sab di bawah Tonle Sap. Transportasi dan komunikasi sebagian besar dilakukan melalui jalur air di sungai dan anak sungai delta mereka. Daerah ini merupakan lingkungan alami untuk pengembangan ekonomi berbasis perikanan dan pertanian padi. Bukti yang signifikan menunjukkan bahwa ekonomi Kerajaan Funan sangat bergantung pada surplus beras yang dihasilkan oleh sistem irigasi pedalaman yang luas. Selain itu, perdagangan maritim juga memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan Kerajaan Funan. Sisa-sisa apa yang diyakini sebagai pelabuhan utama kerajaan, Oc Eo (sekarang bagian dari Vietnam), mengandung artefak dari Romawi serta dari Persia, India, dan Yunani.

Kejatuhan dan Pergantian Kekuasaan

Pada awal abad ke-6, perang saudara dan konflik dinasti melemahkan stabilitas Kerajaan Funan, memudahkan serangan dari tetangga yang agresif. Pada akhir abad ke-7, Kerajaan Funan menjadi negara bawahan dari kerajaan Chenla di utara Kamboja.

Dalam konteks ini, perlu dicatat bahwa Kerajaan Funan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-5 Masehi. Meskipun demikian, mulai awal abad ke-6, perang saudara dan ketidakstabilan dinasti merongrong stabilitas Kerajaan Funan, membuatnya rentan terhadap serangan dari negara tetangga yang bersifat agresif. Pada akhir abad ke-7, negara tetangga di utara, kerajaan Chenla, berhasil mengurangi Kerajaan Funan menjadi negara bawahan. Ketidakstabilan politik dan persaingan dinasti menghancurkan kestabilan Kerajaan Funan dan membuka jalan bagi pergantian kekuasaan.

Penggantian oleh Kerajaan Chenla

Chenla, menggantikan Kerajaan Funan, memerintah selama sekitar 200 tahun. Kerajaan ini terbagi menjadi Chenla Darat dan Chenla Laut. Penjajahan mereka mencakup sebagian besar Kamboja, Laos, dan Thailand selatan. Akhirnya, Chenla memberikan jalan bagi Kekaisaran Angkor pada awal abad ke-9 dengan naiknya Raja Jayavarman II.

Menurut catatan sejarah Tiongkok, Kerajaan Funan dan Chenla memberikan kontribusi penting terhadap pembentukan masyarakat Khmer. Setelah menguasai Kerajaan Funan, Chenla memulai serangkaian penaklukan yang berlangsung selama tiga abad. Mereka menundukkan Laos bagian tengah dan atas, meluas ke sebagian Delta Mekong, dan menguasai wilayah yang sekarang menjadi Kamboja barat dan selatan Thailand. Keluarga kerajaan Chenla bahkan menikah dengan keluarga kerajaan Kerajaan Funan, menjaga kestabilan politik, sosial, dan agama dari Kerajaan Funan yang lebih awal.

Meskipun kemungkinan ada ketegangan internal, Chenla melanjutkan dominasinya atas Kerajaan Funan dan menjaga intitusi politik, sosial, dan keagamaan yang lebih awal. Pada abad ke-8, pertikaian internal di istana Chenla menyebabkan pembagian kerajaan menjadi dua bagian yang bersaing, yang dikenal dalam kronik Tiongkok sebagai Land (atau Upper) Chenla dan Water (atau Lower) Chenla. Bagian Darat Chenla tetap relatif stabil, sementara Bagian Air Chenla mengalami periode ketidakstabilan konstan.

Kesenian dan Budaya Kerajaan Funan

Budaya Kerajaan Funan tetap hidup melalui seni dan arsitektur mereka. Menurut Nancy Tingley dari Asia Society, lebih dari tiga ratus situs arkeologi Kerajaan Funan telah diidentifikasi di wilayah Delta Mekong. Situs-situs ini mencakup arsitektur domestik yang dibangun di atas tiang, barang-barang tembikar dan keramik berwarna krem, perhiasan emas, serta arsitektur dan patung Buddha dan Hindu.

Sebagian besar seni Kerajaan Funan memiliki hubungan erat dengan kepercayaan Hindu, terutama dalam pemujaan dewa Vishnu. Menurut Tingley, ekamukhalinga dari abad ke-6 menggambarkan dewa Hindu Shiva yang sering disembah dalam bentuk linga, simbol tingkat tertinggi keberadaan Shiva. Kerajaan Funan juga memiliki intaglio dari karnelian dan kristal, yang menunjukkan keberagaman budaya mereka melalui kontak internasional dengan budaya Romawi, India, dan Cina. Seni Kerajaan Funan mencerminkan kekayaan budaya dan keberlanjutan keyakinan agama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Kehidupan Setelah Kerajaan Funan dan Pergantian Kekuasaan

Setelah Kerajaan Funan mengalami kehancuran pada abad ke-7, masyarakat Asia Tenggara melihat masa transisi menuju Angkor Empire. Pada akhir abad ke-8, Bagian Air Chenla diserang oleh bajak laut dari Jawa, Sumatra, dan Semenanjung Malaysia. Pada awal abad ke-9, tampaknya Bagian Air Chenla telah menjadi negara bawahan dari dinasti Sailendra di Jawa. Dalam konflik internal yang mengikuti, penguasa Bagian Air Chenla dibunuh oleh seorang raja Jawa yang merasa tersinggung. Pemenang akhir dari pertikaian tersebut adalah penguasa negara Khmer kecil yang terletak di utara Delta Mekong. Penobatannya sebagai Jayavarman II (sekitar 802–850 M), menandai pembebasan rakyat Khmer dari pengaruh Jawa dan awal dari bangsa Khmer yang bersatu.

Ketika Kerajaan Funan dan Chenla memudar, Angkor Empire muncul sebagai kekuatan dominan di wilayah tersebut. Raja Jayavarman II memulai dinasti baru, dan imperium ini berkembang pesat selama beberapa abad mendatang.

Kesimpulan

Kerajaan Kerajaan Funan adalah tonggak bersejarah dalam perkembangan peradaban Asia Tenggara. Dengan kekayaan budaya, sistem ekonomi maritim, dan perkembangan masyarakatnya, Kerajaan Funan memberikan kontribusi besar terhadap bentuk peradaban yang muncul kemudian, terutama Kekaisaran Angkor. Meskipun sedikit yang diketahui tentang Kerajaan Funan dari sumber-sumber sejarahnya sendiri, penemuan arkeologis dan penelitian modern terus mengungkap sejarah dan warisan kerajaan yang mengagumkan ini.

Dengan mengeksplorasi kejayaan dan kehancuran Kerajaan Funan, kita dapat memahami bagaimana perubahan politik, sosial, dan agama membentuk peradaban Asia Tenggara. Warisan budaya Kerajaan Funan masih hidup melalui seni, arsitektur, dan kepercayaan di wilayah Delta Mekong dan sekitarnya. Sebagai bagian yang sangat penting dari sejarah Asia Tenggara, Kerajaan Funan tetap menjadi fokus penelitian dan ketertarikan global. Dengan menelusuri jejaknya, kita dapat memahami lebih baik bagaimana peradaban ini memainkan peran sentral dalam membentuk sejarah dan identitas masyarakat di kawasan tersebut.