Sejarah Singkat Candi Kalasan

Candi Kalasan Tempo Dulu. Sumber: KITLV

Bagi kamu yang ke Jogja melewati Jalan Jogja - Solo pasti akan melihat sebuah bangunan candi di kiri jalan. Candi yang megah di tepi Jalan Jogja-Solo tersebut bernama Candi Kalasan. Dilansir dari Kemdikbud Candi Kalasan terletak di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Candi Kalasan adalah candi yang bercorak Budha. Keberadaan Candi Kalasan memiliki keterkaitan yang erat dengan Prasasti Kalasan yang berasal dari desa Kālasa. Prasasti ini memiliki bentuk persegi empat dan mencakup 14 baris tulisan dalam bahasa Sanskerta dengan menggunakan huruf Pre-Nāgari. Isi dari prasasti tersebut memberikan keterangan yang memaparkan pendirian sebuah bangunan suci yang sangat indah untuk Dewi Tārā, yang merupakan salah satu dewi dalam agama Buddha Mahāyāna.

Dalam catatan sejarahnya, prasasti ini menunjukkan bahwa pada tahun 700 Çaka, yang setara dengan tahun 778 Masehi, dibangun sebuah candi yang didedikasikan khusus untuk Dewi Tārā. Proyek pembangunan tersebut dilaksanakan oleh para guru dari kerajaan Raja Śailendra. Mereka berhasil meyakinkan Maharaja Tejahpurana Paṇaṃkaraṇa untuk mendukung pembangunan candi ini.

Dengan merinci isi prasasti, dapat disimpulkan bahwa Candi Kalasan merupakan hasil dari tekad dan kerja keras para guru Raja Śailendra pada tahun 778 Masehi. Keberadaan candi ini mencerminkan bukan hanya keindahan arsitektur pada masa itu, tetapi juga kepentingan spiritual dan keagamaan yang mendalam di kalangan penganut Buddha Mahāyāna. Candi Kalasan, dengan sejarahnya yang tercatat dalam Prasasti Kalasan, menjadi saksi bisu dari keagungan dan keberlanjutan peradaban Buddha di wilayah tersebut pada periode waktu yang bersejarah.

Prasasti Kalasan mencatat lebih dari sekadar perintah untuk membangun bangunan suci; Raja (rakryan Paṇaṃkaraṇa) juga memberikan arahan untuk mendirikan tempat tinggal bagi para bhiksu atau pendeta. Proses seremonial penyerahan Desa Kālasa kepada para pendeta menjadi suatu peristiwa penting yang disaksikan oleh tokoh-tokoh terkemuka, seperti pangkur, tavan, tirip, dan beberapa kepala desa dari sekitar Kālasa. Keberadaan para saksi tersebut mencerminkan pentingnya acara tersebut dalam konteks sosial dan keagamaan masyarakat setempat.

Bagian akhir prasasti mengungkapkan bahwa bangunan suci dan tempat tinggal para pendeta disebut dengan istilah wihāra atau biara. Temuan arkeologis di Candi Kalasan memberikan pandangan yang menarik, di mana tidak ditemukan bukti yang mengindikasikan keberadaan situs permukiman berupa desa atau kampung. Sebaliknya, fokus temuan lebih menunjukkan tanda-tanda keberadaan situs hunian, yang dapat diartikan sebagai tempat tinggal atau biara bagi para pendeta atau para pengelola candi.

Candi Kalasan, yang menghadap ke arah timur, dibangun dengan menggunakan bahan batu andesit, memberikan gambaran arsitektural yang mencerminkan keahlian dan ketelitian dalam konstruksi. Sejarah pemugaran menyeluruh Candi Kalasan mencatat intervensi yang dilakukan oleh ahli purbakala Belanda, Ir. V.R. van Romondt, antara tahun 1926 hingga 1930. Pemugaran tersebut tidak hanya menjadi penanda perhatian terhadap warisan budaya, tetapi juga menyumbang pada pemahaman modern tentang kompleksitas dan keunikan Candi Kalasan sebagai situs bersejarah.

Candi Kalasan, dengan skala yang luas dan perencanaan yang matang, didesain untuk memenuhi berbagai kebutuhan fungsionalnya. Di dalam kompleks candi ditemukan dharmasala atau asrama, menciptakan lingkungan yang memungkinkan candi ini berfungsi sebagai pusat kegiatan ibadah dan pembelajaran. Asrama ini menjadi tempat bagi para penganut agama yang memerlukan ruang yang cukup besar untuk melaksanakan ritus keagamaan dan aktivitas spiritual mereka. Dengan demikian, Candi Kalasan bukan hanya merupakan struktur arsitektur monumental, tetapi juga merangkul peran sosial dan pendidikan yang penting dalam masyarakat pada zamannya.

Dari segi arsitektonik, Candi Kalasan memiliki karakteristik menara dengan empat ruang yang terdistribusi di setiap sisi candi. Struktur ini menciptakan tata letak yang simetris dan estetis, mencerminkan kecanggihan dan keahlian dalam seni arsitektur pada masa itu. Ruang utama, yang menonjol di sisi timur sebagai tampak utama, memberikan fokus visual pada keindahan dan kemegahan candi. Desain ini tidak hanya melayani fungsi praktis, tetapi juga menyiratkan makna simbolis dan estetika yang mendalam, menciptakan pengalaman spiritual yang kaya bagi para pengunjung candi.

Sebagai suatu bangunan tunggal, mandala yang diwujudkan dalam Candi Kalasan menggabungkan unsur-unsur Garbhadhatu Mandala di bagian kepala candi dengan Vajradhatu Mandala dalam denah candi. Integrasi ini menghasilkan struktur yang tidak hanya memadukan aspek keagamaan, tetapi juga mencerminkan kompleksitas filosofis dan spiritual dalam agama Buddha Mahāyāna. Candi Kalasan, dengan perpaduan fungsi, estetika, dan makna simbolisnya, menjadi sebuah karya seni dan arsitektur yang mengesankan serta sarana penting bagi perkembangan spiritual dan intelektual masyarakat pada masanya.

Ornamen yang memperindah Candi Kalasan membentang dalam keberagaman motif yang mencakup elemen-elemen kaya, seperti motif kala, makara, representasi manusia dan binatang, sulur, roset, motif geometris tekstil, unsur-unsur dari alam, dan dagoba. Keberagaman ini memberikan lapisan estetika yang mendalam dan kompleks pada struktur candi.

Salah satu ciri khas yang menonjol di Candi Kalasan adalah kehadiran motif bangunan dan moonstone dalam ornamennya. Motif bangunan mencerminkan detail-detail arsitektural, sementara moonstone memberikan sentuhan artistik yang khusus pada struktur candi. Kedua motif ini memberikan identitas unik yang membedakan Candi Kalasan dari candi-candi lainnya.

Ornamen-ornamen ini tidak hanya hadir sebagai elemen dekoratif semata, tetapi juga menciptakan sebuah narasi visual yang menggambarkan keberagaman dan kompleksitas budaya pada saat pembangunan candi. Keberadaan trimatra yang berdiri sendiri, serta relief hiasan dan ikonik yang terkadang tersusun dalam pola setagkup, menyelipkan nuansa artistik dan filosofis yang melengkapi pengalaman spiritual dan estetika para pengunjung candi.

Dengan demikian, ornamen-ornamen di Candi Kalasan bukan hanya merupakan hiasan visual, tetapi juga menyiratkan makna mendalam yang terkait dengan nilai-nilai keagamaan, kultural, dan artistik pada masa itu. Keunikan ornamen-ornamen ini menjadi saksi bisu dari kekayaan dan kedalaman peradaban yang berkembang di sekitar Candi Kalasan.