Tiga Belas Tahun Erupsi Merapi 2010
![]() |
Ilustrasi Mbah Maridjan dan Merapi. M. Hidayat/ Slemanpost.com |
Pada 26 Oktober 2010, salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, yaitu Gunung Merapi di Yogyakarta, mengalami erupsi besar yang menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa. Erupsi ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah Gunung Merapi sejak tahun 1872. Berikut adalah kronologi dan dampak dari erupsi tersebut yang diambil dari berbagai sumber.
![]() |
Awan panas atau wedhus gembel meluncur dari puncak gunung Merapi. Foto: Detik. |
Sebelum erupsi, Gunung Merapi sudah menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik yang meningkat sejak September 2010. Hal ini ditandai dengan adanya gempa-gempa vulkanik dan tektonik yang terjadi di bawah permukaan gunung. Status gunung pun dinaikkan secara bertahap dari normal menjadi waspada pada 20 September, siaga pada 21 Oktober, hingga akhirnya awas pada 25 Oktober 2010. Warga yang tinggal di sekitar kaki gunung, terutama yang berada dalam radius 10 kilometer dari puncak, diminta untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Erupsi pertama terjadi pada sore hari tanggal 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB. Gunung Merapi meletus tiga kali dan mengeluarkan awan panas guguran atau wedhus gembel yang meluncur dengan kecepatan tinggi ke arah Kaliadem, Kepuharjo, Cangkringan, dan Sleman. Awan panas ini memiliki suhu sekitar 600 derajat Celsius dan dapat membakar apa saja yang dilaluinya, termasuk manusia, hewan, tanaman, dan bangunan.
![]() |
Aparat gabungan dikerahkan untuk mengevakuasi korban erupsi Merapi 2010. Foto: Istimewa. |
Salah satu korban jiwa dari erupsi ini adalah Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi yang dikenal sebagai tokoh spiritual dan adat di sana. Mbah Maridjan menolak untuk mengungsi dan tetap berada di rumahnya yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak gunung. Ia ditemukan tewas dalam posisi bersujud di rumahnya yang hangus terbakar oleh awan panas. Selain Mbah Maridjan, ada juga puluhan warga lain yang tewas akibat erupsi ini.
![]() |
Mobil Hagglund milik PMI saat mengevakuasi korban erupsi Merapi 2010. Foto: Istimewa. |
Erupsi Gunung Merapi berlanjut hingga akhir Oktober 2010 dengan intensitas yang bervariasi. Pada 28 dan 29 Oktober, erupsi sedikit mereda namun masih mengeluarkan awan panas dan material vulkanik seperti pasir, debu, batu, dan abu. Para ahli menyatakan bahwa diamnya Gunung Merapi bisa berarti dua hal, yaitu gunung sedang mengumpulkan energi untuk erupsi berikutnya atau magmanya sudah habis.
Dampak dari erupsi Gunung Merapi sangat besar bagi masyarakat sekitar. Menurut data Liputan 6, erupsi ini menyebabkan 353 orang meninggal dunia, 291 rumah rusak, dan satu tanggul jebol akibat luapan lahar dingin. Selain itu, erupsi ini juga mengganggu aktivitas penerbangan, pariwisata, pertanian, dan kesehatan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, harta benda, dan keluarga akibat erupsi ini.
![]() |
Ternak warga lereng Merapi menjadi korban erupsi. Foto: Antara. |
Erupsi Gunung Merapi pada Oktober 2010 merupakan peristiwa alam yang mengingatkan akan kekuatan dan keindahan alam sekaligus kerentanan dan ketergantungan manusia terhadapnya. Erupsi ini juga menjadi pelajaran bagi untuk selalu waspada dan siap menghadapi bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi.