Teror Pemberontakan di Armenia: Pashinyan dalam Bahaya, Karabakh Dikepung

Dewan Keamanan Nasional Armenia mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka telah berhasil menggagalkan upaya pemberontakan yang bertujuan mengambil alih pemerintahan. Delapan orang yang terkait dengan kasus ini telah ditahan sebagai bagian dari operasi tersebut. Sementara itu, hubungan Armenia dengan Rusia semakin tegang karena Rusia menyalahkan pemimpin Armenia atas peningkatan ketegangan di wilayah Nagorno-Karabakh.

Pengumuman mengenai upaya pemberontakan ini muncul di tengah demonstrasi berkepanjangan yang telah berlangsung selama beberapa hari menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Nikol Pashinyan. Demonstrasi ini dipicu oleh perkembangan di Karabakh, wilayah yang lama menjadi sumber konflik antara Armenia dan Azerbaijan.

Kekuatan keamanan Armenia telah menangkap sejumlah demonstran di Lapangan Republik, pusat ibu kota Yerevan. Demonstran mencoba memotong jalan menuju lapangan di mana gedung pemerintahan Armenia berada. Pihak berwenang juga telah membuka penyelidikan pidana terhadap 48 orang yang ditangkap selama protes, dengan 5 di antaranya berada dalam tahanan.

Di sisi lain, Rusia menuduh pemimpin Armenia memperburuk ketegangan di Nagorno-Karabakh. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Azerbaijan dan Armenia saling menuduh dalam eskalasi di wilayah tersebut.

Rusia, yang telah menempatkan pasukan penjaga perdamaian di sekitar Nagorno-Karabakh, mendapat sorotan karena dianggap terlibat dalam konflik ini. Demonstrasi terjadi di Yerevan, di mana beberapa orang menyalahkan Rusia atas perang di Ukraina dan menganggap Moskow terpecah.

Penduduk Karabakh mulai meninggalkan wilayah tersebut, dengan penduduk Armenia yang tinggal di sana memilih pindah ke Armenia karena tidak ingin tinggal di bawah pemerintahan Azerbaijan. Rusia menawarkan untuk mendampingi keluarga yang mengungsi jika mereka menginginkannya.

Krisis ini juga memicu perdebatan tentang masa depan wilayah Nagorno-Karabakh dan nasib penduduknya. Pemerintah Armenia menyatakan kesiapannya untuk menerima penduduk Karabakh jika tinggal di wilayah tersebut menjadi tidak mungkin.

Ketegangan di wilayah ini semakin kompleks dengan adanya tuduhan saling menyalahkan antara Armenia, Azerbaijan, dan Rusia. Sementara itu, masyarakat internasional diharapkan untuk berusaha memediasi konflik ini dan mencari solusi damai untuk mengakhiri ketegangan di Nagorno-Karabakh.

Sumber: Aljazeera